Langsung ke konten utama

Postingan

Feature Post

MENULIS DI ATAS GUNUNG

Abdul Mutaqin (Guru Sejarah Kebudayaan Islam, Kepala UPT Perpustakaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta). UDARANYA bersih, segar. Hawanya sejuk. Tanahnya rimbun oleh pepohonan. Beberapa bagian dari konturnya masih berupa hutan, lembah, dan ngarai. Pada ketinggian tertentu, jurang menganga, topografi khas daerah pegunungan. Suara tonggeret bersahutan memecah sunyi.
Postingan terbaru

Wisdom di Transit Manggarai dan Gambir

Saya dan Kiai Miftah. Foto koleksi Kiai Miftah Pada Sabtu 10 Februari kemarin, di atas Commuterline, kami bertemu. Saya senang sekali. Sesederhana itu bahagia menyeruak. Cukup dengan bertemu setelah hampir tiga puluh tiga tahun tak bersua. Terasa betul, pertemuan yang tidak direncanakan, bahagianya autentik. Tidak semua perjumpaan sama hangatnya, sama bahagianya. Tidak. Boleh jadi karena sepanjang pengalaman bergaul, ada wisdom di sana meski seberat butiran debu. Sebaliknya, mungkin saja ada perjumpaan yang tidak pernah diharap-harap meski sudah berhadapan muka. Itu karena, boleh jadi ada unwish di masa yang lalu. Saya sudah mengenali saat kali pertama bersitatap di Commuterline itu. Seulas senyum saya berikan. Tapi, dia belum merespons. Tidak mengapa pikir saya, asalkan dia masih menyimpan wisdom , dia pasti mengenali. Mungkin karena perubahan fisik dan umur, atau karena takut salah orang, dia bergeming dalam acuh. Memang, waktu kerap menjadikan gerak respons melambat perlahan, apa

Saranghaeyo Untuk Si Anak Rantau

Sampul buku "Sukses Merantau Dunia Akhirat". Foto sampul diakses dari aku Facebook Irfanudin Rafiudin. “Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!” (Imam al-Ghazali). Kutipan quote Imam al-Ghazali ini saya baca pada akun Facebook Irfanudin Rafiudin, kolega saya di Korps Mubaligh Muhammadiyah Depok–seterusnya saya tulis "Irfan" sebagai rasa kedekatan bahwa saya sudah mengenalnya cukup baik sejak Irfan masih nyantri di Sawangan. Rupanya, ada sesuatu di balik quote itu. Namun, bukan quote itu saja yang menarik perhatian saya, melainkan sampul buku yang dipasang sebagai foto profil Irfan. Saya sangat appreciate, berbinar-binar, dan berucap syukur baru melihat gambarnya saja. “Sukses Merantau Dunia Akhirat”, begitulah judul sampul buku itu. Ini judul buku yang simpel, tapi kandungan pesannya, saya rasa–karena saya belum membaca isinya– boleh jadi meluas melebihi jumlah halaman buku itu. Apalagi, kapasitas keilmuan penulisnya, sebagai cend

Sinyal Nisbi di Museum Mbah Maridjan

Erupsi Merapi 2010. Foto Kompas.com Hujan Hujan lebat menemani perjalanan wisata akhir studi tahun ini. Sejak pukul 2 dini hari, hujan sudah tumpah dari atas langit malam yang semakin kelam sepanjang bus melaju ke Goa Pindul dan Sungai Oyo. Sampai menjelang Subuh di Klaten, curahan air langit itu masih turun meski derasnya sedikit mereda. Lagi, tiba di destinasi Gua Pindul dan Sungai Oyo, hujan rintik menyambut kami. Rupanya, cuaca mendung dan hujan menjadi takdir hari pertama wisata. Sudah hitungan belasan jam sejak dini hari, cuaca kurang bersahabat.  Matahari sempat bersinar sejenak memberi harapan cuaca akan cerah lepas sarapan. Rasa hati jadi gembira. Namun, ia hanya sejenak saja. Beberapa saat berikutnya, matahari menarik diri lagi. Lalu, hujan kembali turun saat peserta wisata kembali tiba dari sungai dan Gua Pindul. Bahkan, curahnya makin deras beberapa menit menjelang azan Jumat berkumandang. Hujan memang sedang diharap-harap warga sekitar Gua Pindul. Menurut informasi, hujan

Julid Fi Sabilillaah

Ilustrasi Tentara Netizen Indonesia dari akun @mas_gunadwii  Perang Julid Beberapa minggu terakhir ini, ada dua segmen julid yang gencar di sosmed. Pertama, julid fi sabilillah. Kedua, julid diimokroothiyyah . Keduanya sama-sama mengganggu mental orang. Saya lebih tertarik julid yang pertama, julid fi sabilillah . Ada kepuasan melihat mental tentara Israel, politisi Israel, jurnalis Israel, atau pendukung Israel terganggu karena efek serangan pada akun-akun medsos mereka. Julid fi sabilillah, salah satunya grup TNI (Tentara Netizen Indonesia) yang digawangi akun @mas_gunadwii. Akun ini sudah diikuti 10,6 orang. Ada tiga tujuan serangan TNI, pertama , REAKSI SI TARGET, AKUN DI PRIVATE. Kedua, TARGET BUAT TESTIMONI SERANGAN DARI KITA. Dan ketiga, AKUN TARGET HILANG. Bila salah satu atau ketiga-ketiganya terjadi, misi dinyatakan berhasil. Efektif? Ya, efektif. Sudah tidak terhitung akun tentara Israel, publik figur, dan pendukung Israel tumbang. Lebih banyak lagi yang di- private. Tid

Naskah Pentigraf MTs Pembangunan 2023 yang Lolos Seleksi

MTs Pembangunan kembali menggelar event menulis. Dimulai dari rangkaian kegiatan Field Trip, kemudian dilanjutkan dengan event menulis Pentigraf. Tim Editor yang bekerja sejak akhir Oktober 2023, telah menyelesaikan 100 % proses naskah seleksi dan editing. Pengumuman hasil seleksi telah dimuat di situs ini secara berkala setiap Sabtu, dimulai Sabtu, 09 Desember 2023 sampai dengan Sabtu, 23 Desember 2023. Hari ini, Sabtu, 23 Desember 2023 adalah pengumuman tahap terakhir naskah yang lolos seleksi. Kepada para penulis yang naskahnya belum lolos seleksi, tetap semangat menulis untuk mengikuti event-event menulis berikutnya, Keputusan Tim editor bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Selamat kepada penulis yang naskahnya sudah dinyatakan lolos TIM Editor berikut ini: Akbar Diawur. Judul pentigraf "Kehidupan di Masa Depan". Athaya Juneeta. Judul Pentigraf "Warisan Nenek" . Binar Bening Embun. Judul Pentigraf "Mukidi". M. Akhtar Ziyad. Judul Pentigraf &

Panti Yatim Literat

Lintang Aulia Madani, salah satu kontributor Antologi Janji Surga Tertinggi dan Lezatnya Kesabaran Menemukan quote Toni Morrison yang ini: “If there's a book that you want to read, but it hasn't been written yet, then you must write it,” jadi merenung. Kata Morrison, jika ada buku yang ingin kamu baca, tetapi belum ditulis, maka kamu harus menulisnya. Ini gimana ? Tapi, iya juga, sih. Masalahnya, menulis itu tidak mudah. Ia bukan keterampilan cepat saji seperti memasak mie instan yang cuma butuh 2 sampai 4 menit saja mie sudah bisa dinikmati. Sedangkan menulis untuk melahirkan karya buku, prosesnya panjang dan melelahkan. Menulis juga butuh ‘banyak’ modal; modal banyak baca, banyak jalan-jalan, banyak riset, banyak berlatih, dan banyak mengamati topik yang sedang hangat dibincangkan. Peka pada momentum juga penting sebagai modal menulis. Jadi, tidak sesederhana yang diucapkan Morrison. Boleh jadi, bagi Morrison menulis itu sederhana, sesederhana penulis Afro-Amerika ini mema

Gaji Guru dan Konflik di Ruang Dapur

Ilustrasi Gandum. FOTO/iStockphoto Catatan ini berangkat dari citra guru pada era keemasan Islam. Sedikit capek menyelisik beberapa jurnal berbahasa Arab dan mengikuti ulasan seorang Kiai Muda dengan wawasan sejarah peradaban Islam yang keren, catatan ini hadir mendahului Hari Guru yang akan jatuh pada Sabtu, 25 November 2023 esok. Karena itu, catatan ini juga agak panjang. Tidak seperti catatan-catatan saya yang lain. Tidak mengapa catatan ini mendahului Hari Guru yang substansinya juga belum jelas untuk apa. Akan tetapi, substansi dari peradaban Islam yang menempatkan guru begitu terhormat, seolah nasib guru hari ini mundur ribuan tahun. Coba simak pelan-pelan catatan ini sambil ngopi-ngopi dengan kakanda atau adinda di rumah. Pada masa peradaban Islam, gaji guru –ini salah satu poinnya–bikin ngiler. Andaikata zaman ini bisa diputar ulang –seperti cerita sinetron Lorong Waktu -nya Deddy Mizwar– banyak guru akan menekan tombol “Masa Khilafah Islam”, terlempar dan mendarat di pusat Mad