Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Orang Pintar Yang Tidak Pintar

Jimat. Ilustrasi milik https://www.lines.id/ Elu mah, dikerjain orang ini tong! Hari-hari ini terasa amat berat dijalani dia yang sedang sakit. Bagaimana tidak, sakit memakan fisik dan psikisnya berganti-ganti. Dia hanya mengeluh, merasakan nyeri, disertai sabar seraya berharap segera sehat kembali, ingin agar penyakit itu segera enyah dan tidak kembali lagi. Pengobatan terus diupayakan, namun tanda-tanda kesembuhan seakan mendekat sangat lambat.  Adalah manusiawi, bahwa tidak ada dari manusia yang ingin jatuh sakit. Baik ringan, apalagi sakit yang berat. Begitu juga dia. Akan tetapi, sakit itu sunnatullah seperti juga sehat adalah sunnatullah . Karena itu, hampir tidak ada orang di dunia ini yang kebal dari sakit. Tidak pula mustahil, bahwa orang bisa sehat lagi seperti sedia kala. Begitulah sunnatullah fil kaun berlaku. Kadang, penyakit itu datangnya secepat angin. Ia menempel pada tubuh setiap orang tanpa orang itu menyadari sebelumnya. Tahu-tahu, kekuatan tubuhnya melemah perlahan

Kurikulum yang Memerdekakan

Different types of learning styles. Foto credit  https://thethaiger.com/ Kemarin pagi, pada 4 Juli 2024, diberi kesempatan berbagi pengalaman pada Small Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka. Acara yang semula dirancang berakhir pukul 12.00 WIB, baru usai pukul 14.30 WIB. Ini asik sekali. Pada sesi pembuka, Kepala Madrasah (KAMAD) penyelenggara mengingatkan para guru peserta. Kata Pak KAMAD, “Guru yang berhenti belajar, sebaiknya berhenti mengajar”. Pesan singkat yang menghentak, menohok, dan tajam. Pesan yang sama pernah saya dengar dari Komaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2006-2010 dan 2010-2015) saat memberikan wawasan pedagogik di Madrasah Pembangunan. Pesan sang Rektor dikutip menjadi quote, dibingkai, dan dipajang pada satu area dinding Madrasah Pembangunan. Tiap kali melintasi area tempat saya mengajar itu dan membaca quote -nya, aduh, rasanya gimanaa gitu . Pak Bahruddin, Pengawas yang juga turut memberi pengantar workshop –bila saya tid

Hilf Al-Fudhul Catatan Untuk Peserta Baitul Arqam

"Ngaji Muhammadiyah" Program Kuliah Subuh PRM Ranting Pulo. Foto credit: Abdul Mutaqin Pentingnya Identitas Sebagai muslim, Islam menjadi identitas utama yang tidak tergantikan dengan ideologi apa pun. Maka, “inna ad-dina ‘indallah al-islaam” menjadi harga mati, yakni sebagai keyakinan yang akan dibawa sampai seorang muslim itu mati. Dalam konteks hubungan sosial, manusia memerlukan identitas primordial yang diikat oleh nilai agama, kebangsaan, suku, ras, atau bahasa. Mereka memerlukan identitas itu untuk memudahkan komunikasi di antara mereka. Bahkan ada identitas yang lahir dari sekedar hobi, seperti hobi memelihara burung. Ada Kediri Free Flight Community (FFC) misalnya. “Persyarikatan” ini hadir menjadi sarana bagi komunitas atau kumpulan para penghobi burung yang bisa terbang dan kembali pada pemiliknya. Orang-orang Depok yang suka “memelihara” golok, konon juga punya komunitas, punya identitas, punya “persyarikatan”. Namanya Golok Depok. Untuk menguatkan identitas dan