Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Senja di Stasiun Gambir

Sebelum berpisah. Foto credit, Abdul. Mas, lebih baik, kita yang menunggu. Segera kami berangkat setelah Asar. Putri kecil kami; Miray Hagia Sophia kami bawa serta. Saya ingin mengenalkannya pada nilai persahabatan meskipun Miray belum mengerti apa-apa selain kegembiraannya naik kereta. Kami bersyukur, 17.10 WIB kami sampai di Gambir. Betul kata istri saya, lebih baik kami yang menunggu. Maka, Ahad sore itu, bertiga menghabiskan senja sampai kabar sahabat saya sudah berada di ruang tunggu kedatangan.| Helen Keller (1880-1968) menyebut persahabatan itu seperti cahaya. Berjalan dengan seorang sahabat di kegelapan lebih baik daripada berjalan sendirian dalam terang, “Walking with a friend in the dark is better than walking alone in the light," begitu kata penulis, aktivis politik, dan dosen Amerika yang gigih mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli ini. Orang banyak pasti akan lebih memahami setelah membaca kisah hidup Helen Keller tentang apa yang dimaksudnya dengan cahay

Azan Misa dan Kaum Liberal

Ilustrasi Paus Fransiskus dan soal Azan Magrib. Sumber ilustrasi   VIVA.co.id   Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika telah mengeluarkan surat permohonan terkait peniadaaan siaran Azan Magrib saat Misa bersama Paus Fransiskus. _____________ Aku memikirkan Hagia Sophia, dan aku sangat sedih. Siaran azan di televisi diganti dengan running text untuk menghormati Misa Paus di Indonesia hari-hari ini, ini penerapan paham liberal sekuler level paling rendah. Ini belum apa-apa, baru level warming up. Mungkin, Anda bergidik bila sempat mengikuti sekularisasi azan di Turki. Ini sekularisasi azan paling ekstrem sepanjang sejarah kaum muslimin di dunia. Azan dan Warisan Fetih Sultan Mehmet Konstantinopel memang unik. Dari wajahnya yang Kristen Timur menjadi Istanbul yang berwajah Islam di bawah Utsmani, lalu berwajah sekuler di tangan Mustafa Kamâl Atatürk, dan kembali mendekati Islami di tangan Adnan Menderes dan Recep