Hari ini, Sabtu 22 Januari 2021 begitu mendebarkan. Acara webinar kepenulisan yang menghadirkan tiga narasumber; Bambang Trim, Donny Dhirgantoro, dan Ratih Purnamasari sudah menguras energi. Sejak persiapan acara pada Jumat siang hingga pukul sebelas malam di studio Madrasah Pembangunan, debar-debar itu belum reda hingga beberapa menit acara berlangsung.

Bukan soal narasumber yang bikin hati berdebar itu, melainkan masalah teknis yang bisa saja membuat acara berantakan. Ini yang bikin panas dingin. Tak terbayangkan bila tiba-tiba di tengah acara berlangsung, jaringan rusak, zoom error, atau ada peralatan pendukung tiba-tiba tidak bisa dioperasikan. Nah, tamat.

Narasumber sekaliber Pak Bambang, Pak Donny, dan Uni Ratih yang sudah bergelut di dunia literasi sih, tidak akan sampai hati mengecewakan panitia Pasta Literasi dan peserta webinar. Sebab, pegiat literasi seperti mereka, paham betul bagaimana berbagi pada insan literasi yang sedang kehausan ilmu kepenulisan.

Beruntunglah, pada akhirnya acara berjalan sesuai skenario. Beberapa kemungkinan kendala teknis yang paling dikhawatirkan tidak terjadi. Plong. Saya sebagai komandan, seperti perempuan menikmati kontraksi lalu bernapas lega. Lelahnya sudah selesai dari mengejan. Di sampingnya, tersenyum dukun beranak sambil menunjukkan bayinya yang masih berlumur darah dengan tangisnya yang pecah. Lha, kok ke sono-sono? Macam beneran perempuan yang merasakan melahirkan saja.

Begitulah webinar yang digelar panitia Pesta Literasi Madrasah Pembangunan Tahun 2020 yang baru terselenggara di awal 2021 ini. Dalam timbangan panitia, acara dianggap sukses. Wabah Covid 19 menjadi alasan penundaan, sekaligus dijadikan tema Pesta Literasi dengan tajuk tetap produktif di era pandemi.

Editor Jatuh Sakit

Debar-debar belum selesai pada Sabtu hari ini. Ada hal lain yang juga membuat saya was-was. Patner saya, yang semula diplot menjadi moderator sesi webinarnya Pak Bambang Trim jatuh sakit. Semoga hanya sakit karena kelelahan dan butuh istirahat yang cukup. Saya tahu, dia kadang menjadi orang yang terakhir pulang dari madrasah saat kami sama-sama mengawal aktivitas literasi di Madrasah Pembangunan. Dia sudah menjadi sahabat literat, beririsan dengan tugas-tugas kami mengajar di Madrasah Pembangunan. Saya di Sejarah Kebudayaan Islam, dia di Bahasa Indonesia yang bertemu pada literasi dan perbukuan di Pustaka MP.



Saya pantas khawatir. Karena di tangannya, draft novel saya “Pengantin Fort van der Capellen” sedang di-review. Dia memang editor, pemegang lisensi editor profesional yang saya percayakan mengawal naskah saya itu sampai layak baca sebelum diterbitkan akhir Januari 2021 nanti. Tentu saja, kesehatan sang editor lebih berharga dari sekadar naskah saya. Biarlah beliau pulih dahulu, lalu meneruskan mengawal naskah saya sampai terbit di Pustaka MP.

Darinya saya belajar sejak menjadi redaktur sampai dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi majalah sekolah kami, Majalah Al-Ashri selama dua periode. Dari redaksi Al-Ashri ini, gagasan-gagasan saya dalam pengembangan literasi di madrasah terus bergulir. Sampai kemudian, Direktur MP UIN, Dr. Bahrissalim, MA memberikan rumah penerbitan sekolah yaitu Pustaka MP, rumah publikasi produk literasi menulis di Madrasah Pembangunan.

Twist

Ibarat alur cerita dalam novel, hari Sabtu ini saya mendapatkan dua twist yang melengkapi kebahagiaan karena webinar yang berjalan baik. Twist ini juga menjadi pelipur dari rasa khawatir saya pada editor. Pertama twist dari Pak Sya’ban yang di sela-sela mengikuti webinar mengoprek-oprek membangun blog dengan titel “Madrasah Penulis” lalu diserahkan kepada saya.

Saya memang masih menyimpan redup harapan punya komunitas penulis di Madrasah Pembangunan. Komunitas ini yang nantinya akan menggerakkan budaya literasi menulis, menyelenggarakan event-event literasi, sampai menghasilkan produk literasi berupa karya baik fiksi maupun nonfiksi. Saat blog itu disodorkan, harapan itu menyala lagi.

Twist kedua dari Mbak Woro, editor di sebuah penerbit mayor yang memberi kabar bahwa naskah ebook saya sudah sampai pada tahap dami. Diberikan pula saya bocoran rupa dari kover buku itu. Senangnya bukan alang kepalang. Maka, makin ringanlah harapan saya terwujud bahwa di awal tahun 2021, satu buku dan satu novel saya lahir menyasar pembacanya masing-masing.




Memoar

Event webinar Pesta Literasi Madrasah Pembangunan 2020 akan memasuki skema yang kedua, yaitu Tantangan Menulis. Skema ini merupakan rangsangan bagi para peserta webinar dan masyarakat umum mulai menggerakkan pena-pena mereka untuk menjawab tantangan menulis yang disodorkan oleh panitia. Sebab pembekalannya sudah dapat dalam webinar, saatnya tiba untuk beraksi menulis.

Ada beberapa tantangan menulis yang bisa dipilih peserta, mulai dari menulis buku 5 bab, novel 9 bab, esai, cerpen, dan puisi. Panitia menyediakan apresiasi yang cukup memadai; uang dan penerbitan bagi naskah terpilih.

Begitulah, masa pandemi bukan berarti tidak menghasilkan karya. Namun, bisa menjadi kondisi yang memicu lahirnya karya yang bermanfaat. Menikmati pandemi yang paling mengasyikkan adalah menunjukkan produktivitas. Bagi peminat literasi, Pesta Literasi Madrasah Pembangunan Tahun 2020 adalah iklim yang menumbuhkan produktivitas itu. Mengapa tidak mulai dari sekarang menulis memoar, novel, esai, cerpen, atau puisi tentang PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), blended learning, atau tentang pembelajaran online?

Ayo bergabung!