Dikunjungi alumni MIM 2 Cipayung Angkatan 1993. (Foto: Dok. Nurhikmah)


Ada kata mutiara yang berbunyi ilmu apabila tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah. Namun, percayalah buah-buah ilmu yang Bapak berikan telah saya bawa sebagai bekal kehidupan. ... Semoga lelahmu menjadi Lillah._ Ziggy.


Terus terang, kalimat di atas begitu menghentak. Dikirim oleh siswa saya yang masih sangat muda.

Saya bermenung sejenak, rasanya, pada usia yang sama saat kelas 1 SMP, sekali pun, saya tidak pernah menulis kalimat bernas untuk guru saya seperti yang saya terima dua hari kemarin persis di hari lebaran. Bisa jadi karena waktu itu saya belum mengenal teknologi Handphone.

Namun, bukan itu rasanya alasan yang jujur. Literasi saya amat terbatas. Ini alasan yang benar.

Siswa saya ini, meski baru kelas 7, tetapi literasinya memukau dari kalimat ucapan selamat lebaran yang dia kirim. Kalimatnya berhasil membuat saya speechless dan merenung hanya dengan satu paragraf saja.

Hebat anak ini. Dia berhasil keluar dari paragraf membosankan, 'mendayu-dayu', tidak efekif, dan dipuitis-puitisi hanya untuk sekadar meminta maaf lahir dan batin. Saya katakan ini, karena kerap kali saya amat boros dalam menulis semisal kalimat ucapan selamat.

Anak ini pun tidak 'tergoda' menggunakan ungkapan: "dari lubuk hati yang paling dalam", atau minta: "izinkan kami dengan segala kerendahan hati bersama keluarga dan orang sekampung untuk meminta maaf" dan semisalnya.

Mungkin ungkapan itu dipandang terlalu mainstream. Bisa jadi dia memang tidak mau mencomot dari gudang template ucapan selamat hari lebaran yang disediakan medsos.

Lepas dari itu, kata-kata memang bisa memberi warna. Membaca ucapan satu paragraf di atas, jiwa serasa sedang bertelekan di atas pelangi.|


28 tahun silam, saya mengajar mereka. Saya tak tahu kesan mereka saat dahulu saya mengajar. Biarlah itu menjadi milik mereka masing-masing.

Beberapa waktu berselang, ada sekali kesempatan bertemu mereka dalam reuni kecil. Saya dan dua orang guru berkesempatan hadir.

Ada yang masih bertahan sejak terakhir kami berinteraksi di kelas pada 1993 pada reuni itu, yaitu; takzim mereka kepada kami guru-gurunya.

Hari ini rasa bahagia seperti reuni kecil itu berulang. Mereka datang berkunjung membawa takzim yang sama, menyambung silaturahim di hari lebaran, dan mendoakan untuk kebaikan saya dan keluarga. Adakah yang lebih membahagiakan dari itu? Nothing.

Betapa saya surprise di sela-sela kami mengobrol mendapati beberapa di antara mereka mengaku sudah punya menantu. Aih, mendadak saya merasa masih sangat muda meskipun rambut ini tak bisa berdusta.|

Menerima satu paragraf ucapan selamat lebaran yang keren dan dikunjungi satu angkatan MIM 2 Cipayung tempat dahulu saya mengajar, seperti indah warna pelangi di sore yang merintik hujan.

Semoga kalian melimpah berkah. Selamat Idul Fitri 1442 H. Teruslah menciptakan pelangi dengan kata-kata dan silaturahim.|