Doorprize Jalan Sehat Milad Muhammadiyah ke-109. Foto credit WA Grup Muhammadiyah Pulo

Doorprize Milad

MILAD Muhammadiyah ke-109 sudah berlalu lebih dari 10 hari sudah. Meriah sekali. PRM Pulo menggelar Jalan Sehat menyambut Milad itu. Ada doorprize-nya. Kulkas, mesin cuci, kipas, dan hadiah-hadiah hiburan yang menarik. 300 kupon doorprize yang disediakan panitia tidak cukup. Warga Muhammadiyah Ranting Pulo yang ikut Jalan Sehat melebihi ekspektasi Panitia. Alhamdulillah, ternyata jamaah Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Ortom masih melimpah.

Hari pada Resepsi Milad itu, orang tua, pemuda, dan anak-anak, berbondong-bondong ikut Jalan Sehat. Ada lebih dari lima peserta balita ikut pula dari atas stroller. Tampak, semangat merayakan Milad dari yang paling muda sampai yang paling tua menyala-nyala. Semoga, bukan karena doorprize itu antusiasme jamaah Muhammadiyah tumpah ruah, tapi karena didorong oleh rasa syukur atas nikmat ber-Muhammadiyah yang tidak bisa dibendung.

Milad Effect

TIDAK disangkal, adanya reward (imbalan) memang menjadi motif melakukan sesuatu. Ia bagai suplemen yang mendorong orang jadi punya semangat berlebih untuk melakukan pekerjaan atau menjawab tantangan. Bisa jadi, saat belum dihadirkan reward, ketertarikan orang untuk melakukan pekerjaan atau menjawab tantangan hanya 50 sampai 75 %. Akan tetapi, dengan dihadirkannya reward, tingkat partisipasi bisa mencapai 80 hingga 95%.

Tampaknya, dihadirkannya doorprize bukan satu-satunya alasan PRM Pulo menggelar Resepsi Milad. Doorprize hanya sekadar alat untuk mengukur sejauh mana antusiasme warga Muhammadiyah saat ini. Selanjutnya, apakah antusiasme itu bisa ditransfer pada kegiatan-kegiatan rutin persyarikatan semisal pengajian rutin Malam Senin, kuliah Subuh, atau pengajian Aisyiyah pada setiap Selasa dan Jum’at, tampaknya masih perlu diperjuangkan.

Doorprize dan Muamalah Duniawiyah

JIKA ada angket disebar kepada peserta Jalan Sehat, dan salah satunya ada pertanyaan: “Apakah Bapak/Ibu ikhlas mengikuti Jalan Sehat?” Pasti jawabannya ikhlas. Apa dasar pertimbangannya? Tentulah doorprize. Sebab jika pertanyaan dilanjutkan: “Apakah Bapak/Ibu ikhlas jika mendapat hadiah kulkas saat kupon diundi?” Pasti jawabannya ikhlas.

Karena doorprize termasuk kategori muamalah duniawiyah atau masalah urusan duniawi, maka keikhlasan mengikuti jalan sehat ukurannya adalah kulkas, mesin cuci, kipas angin, atau magic jar. Itu sah dan tidak akan mengurangi nilai dari Milad dan Jalan sehat itu.

Lalu, apakah mengikuti Milad dan jalan sehat itu berpahala?

Tentu, apabila keikhlasan yang dibangun tidak semata-mata karena doorprize itu, melainkan diniatkan untuk syiar dakwah semakin semarak. Apa ukurannya? Dapat atau tidak dapat doorprize sama saja niatnya untuk syi’ar tidak bergeser. Dapat kulkas, itulah bonus. Tidak dapat, anggap saja belum rezeki, dan tetap bersyukur masih bisa menggembirakan syiar Milad.

Pahala dan perkara Ubudiyah

DARI Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiyallahu anhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR. Bukhari).

Shalat Subuh dan ta’lim termasuk urusan ibadah. Maka, niatnya pun sedapat mungkin harus lurus, harus lillah. Maka, shalat Subuh yang lalu dilanjutkan dengan kajian Subuh, akan bisa membelokkan niat apabila disediakan doorprize seperti doorprize Jalan Sehat. Meskipun dengan niat ingin memberi motivasi agar jamaah berbondong-bondong ikut kajian Subuh, sangat mungkin niat akan berubah dari lillah menjadi lil kulkas, lil mesin cuci, atau lil kompor gas.

Cukuplah doorprize shalat Subuh dan kajian Subuh adalah doorprize yang paling mahal. Sedemikian mahal harganya, ia tidak terbeli oleh dunia dan segala isinya. “Dua rakaat shalat sunnah Fajar lebih baik dari dunia dan seluruh isinya.” (HR. Muslim). Inilah doorprize paling mahal itu.

Doorprize dua rakaat sunnah fajar memang tidak kasat mata. Tidak bisa dilihat tampilannya. Ia hanya bisa dirasakan oleh kebeningan hati, kecerdasan akal, dan keikhlasan menjalankannya. Lagi pula, Doorprize dua rakaat sunnah fajar itu tidak diterima sekarang, tapi, nanti saat hidup sudah abadi, akhirat. Yang pasti, Doorprize dua rakaat sunnah fajar tidak dikocok. Siapa pun yang datang berbondong-bondong dengan keikhlasan, akan membawa pulang doorprize-nya masing-masing.

Doorprize dua rakaat sunnah fajar adalah urusan hamba dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Manusia tidak bisa ikut campur dalam urusan ini. Yang bisa dilakukan hanya sebatas mengingatkan, menyeru, dan mengajak. Maka, berbahagialah bagi orang yang sudah mengingatkan, menyeru, dan mengajak agar orang berbondong-bondong meraih doorprize Shubuhnya. Berbahagialah orang yang menjawab seruan.

Pada akhirnya, tidak ada seorang muslim yang tidak menginginkan doorprize dari Allah. Setiap hari pun, Allah sudah memberikan doorprize duniawi yang begitu banyak dan mahal harganya. Bukankah hidung masih bisa menghirup udara, mata masih bisa berkedip, lidah masih bisa mengecap, mata masih bisa melihat, telinga masih bisa mendengar, tangan dan kaki masih lentur bisa difungsikan? Tanyakanlah, berapa harganya untuk tetap bisa bernapas?

Semoga Allah tidak bosan memberikan kita doorprize. Aamiin.