Menyunting naskah. Foto Credit Avel Chuklanov, Unsplash.

SEPATUTNYA, guru belajar menyunting. Apa urgensinya? Sangat urgen. Mari kita bicarakan agak serius. Saya akan membahasnya dari pengalaman mengikuti webinar pada sore kemarin, Rabu 22 Juni 2022.Webinar ini keren, mengajak "Menjadi Guru Penyunting Andal Bersama Penyunting Profesional". Narasumbernya Ahmad San, editor Jawa Pos.

Meskipun webinar ini mengarahkan peserta pada kemahiran menyunting naskah berita, esai, artikel atau opini, bagi saya, bekal ilmu menyunting bisa diterapkan lebih spesifik pada domain pedagogik.

Selain mengajar, guru kerap melakukan aktivitas menulis; menulis kisi-kisi atau menulis soal. Nah, di sinilah urgensi kemahiran menyunting bagi guru yang saya maksud spesifik itu.

Apabila diperluas dengan keharusan menulis modul atau buku ajar, tentu bobot kepentingan mahir menyunting lebih substantif. Akan tetapi, hal ini tidak mengurangi substansi kepentingan untuk penyuntingan naskah kisi-kisi atau soal. Dan patut dicatat, penyuntingan sangat diperlukan untuk semua dokumen tertulis selain produk jurnalistik sekalipun, seperti menyunting naskah soal ujian.

Menyunting Soal

SELAIN memperhatikan kaidah penulisan soal yang baik, guru sebagai penulis soal harus memastikan tidak terjadi kesalahan tik. Kesalahan tik tidak saja mengganggu struktur kalimat, tapi merusak struktur soal. Soal menjadi sukar untuk dipahami atau maknanya menjadi ambigu.

Ketika Rasulullah menyepi di gua Hira pada Senin 17 Ramadhan 610 M, malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama surat ... ayat 1-5. Ini contoh bentuk soal melengkapi. Tidak ada salah tik. Akan tetapi, bila kata "ketika" tertulis "ketiak", apa yang Anda rasakan?

Bila guru bekerja dengan Google Drive, pilihan menggunakan layanan Google Docs akan sangat membantu proses penyuntingan ringan. Google Docs membantu mendeteksi kesalahan tik dan memberikan koreksi secara otomatis. Kata "ketiak" pada contoh soal di atas misalnya, akan bergaris bawah warna merah. Itu artinya salah tik. Bila kata "ketiak" itu diklik, Google Docs akan memunculkan kata "ketika" sebagai saran perbaikan.

Kesalahan struktur kalimat soal, kesalahan diksi, kesalahan konsep, fakta atau data soal yang disajikan, termasuk kesalahan fatal. Kesalahan fatal ini tidak bisa dideteksi Google Docs. Ia hanya bisa diketahui dan diperbaiki dengan pengetahuan tentang pokok soal dan kemahiran menyunting guru sebagai penulis soal.

Kasus soal yang diralat atau dibonuskan saat diujikan, banyak terjadi karena proses penyuntingan tidak maksimal atau bahkan tidak dilakukan. Masalahnya bermuara pada kelemahan kemampuan menyunting, terutama menyunting struktur kalimat soal.

Penelaah Soal

PENELAAH soal adalah penyunting sebelum soal diujikan. Ia bukan saja harus menguasai substansi pengetahuan, fakta, dan data rumusan soal, tapi guru yang mahir menyunting.

Maka, seorang penelaah soal adalah mereka yang kaya kosakata, mampu menyusun kalimat efektif, mengerti diksi, dan paham tata bahasa. Pendek kata, seorang penelaah soal memiliki kemampuan berbahasa tulis di atas rata-rata. Seperti itulah syarat penelaah soal yang ideal sebab ia akan menjalankan tugas penyuntingan, sebuah pekerjaan linguistik yang kompleks.

Keberadaan penelaah soal jangan terkesan sekadar ada penelaah, sekadar memenuhi tuntutan administrasi tanpa proses pembekalan kemampuan menyunting. Ini tidak efektif. Sering terjadi, setelah soal ditelaah, masih saja dijumpai kesalahan, baik kesalahan tik maupun kesalahan yang lebih substantif.

Apabila dijumpai satu sampai dua kesalahan pada soal, bolehlah dianggap wajar meskipun proses telaah bisa disebut tidak efektif. Akan tetapi, di atas lima kasus kesalahan, ini bisa disebut proses telaah tidak berjalan alias gagal. Atau, bisa jadi proses telaah memang tidak dilaksanakan.

Guru Penyunting

WEBINAR, workshop, atau pelatihan menyunting tidak sesanter webinar, workshop, atau pelatihan menulis. Apalagi, yang spesifik pada penyuntingan naskah soal, bahkan amat langka diselenggarakan sekolah-sekolah. Padahal, penulis soal yang baik adalah penyunting soal yang baik. Demikian pula berlaku sebaliknya.

Keberadaan penelaah soal, seharusnya berbanding lurus pada kemahiran menyunting. Maka, membekali kemahiran menyunting bagi penelaah soal tidak bisa dinafikan. Seorang penelaah soal bukan saja harus menguasai teknik menulis soal yang baik, tapi amat perlu menguasai teknik menyunting.

Hanya saja, kebanyakan guru seakan tidak berminat sama sekali dengan persoalan sunting menyunting. Bisa jadi, karena menyunting sudah kadung diidentikkan dengan urusan tulis menulis. Sedangkan umumnya orang, termasuk guru, masih banyak yang beranggapan bahwa menulis itu susah, apalagi ditambah menyunting. Meskipun webinar menyunting diselenggarakan tidak berbayar, amat sedikit guru yang mau bergabung belajar menyunting. Begitulah.

Menyunting memang bukan pekerjaan mudah. Barangkali, lebih mudah "menyunting" guru literat berparas rupawan.|

WEBINAR "Menjadi Guru Penyunting Andal Bersama Penyunting Profesional" kemarin sore sangat inspiratif. Webinar ini menginspirasi banyak guru literat bahwa perlu ada webinar yang khusus mengulas soal teknik menyunting naskah soal.

Siapa berani menggagas? Kita tunggu.

Salam literasi.