Semut Rangrang. Foto Credit : https://www.mongabay.co.id/

Sewaktu SMA, setiap Sabtu, sering risi diledekin sebagai “Semut Rangrang”. Ledekan itu sebab warna seragam Pramuka yang saya kenakan. Memang sih, seragam Pramuka agak mirip dengan warna tubuh Weaver Ant yang gemar membentuk koloni. Gigitannya juga nyelekit. Ups! Sungguh terlalu!

Akan tetapi, jangan lupa, si Weaver Ant ini juga punya skill menganyam yang keren. Maka dari itu ia disebut “Weaver Ant”. Rumah mereka adalah anyaman dari daun di mana semut merah ini bersarang. Sarangnya adalah mahakarya seni arsitektur paling orisinal di muka bumi. Bayangkanlah karunia Tuhan pada makhluk kecil yang satu ini. Meskipun tubuhnya hanya seukuran 0,3-04 inch atau kira-kira 8-10 mm, kreativitasnya besar melampaui tubuhnya. Luar biasa.

Jadi, di samping gigitannya yang terasa nyelekit, saya pikir-pikir, keahlian menganyam ini mirip dengan skill tali-temali dan membuat simpul ala anggota Pramuka. Lha, kok mirip, ya? Ah, boleh jadi ini cuma cocoklogi saja.

14 Agustus 2023 hari ini, ingatan soal “Weaver Ant” bersemi kembali, tepat pada upacara peringatan ke-63 Hari Pramuka. And, I am the same person who looks like weaver ants dengan seragam Pramuka saya. Heheheh.|

Sebelum Pramuka lahir, ada banyak organisasi kepanduan di tanah air seperti Javanese Padvinders Organizatie (JPO), Jong Java Padvindery (JJP), Nationale Islamitische Padvindery (NIP), Hizbul Wathan (HW), Sarekat Islam Afdeling Padvindery (SIAP), dan sebagainya. Saya belum tahu persis, apakah selain HW –cikal bakalnya adalah Padvinder Muhammadiyah–masih eksis sampai hari ini atau tidak.

Padvinder Muhammadiyah didirikan pada 1918, dua tahun setelah Javaansche Padvinder Organisatie (JPO). JPO didirikan oleh Mangkunegara VII. KH. Ahmad Dahlan terinspirasi dari sini. Kiai Dahlan takjub saat melihat anak-anak JPO berpakaian seragam yang tengah berlatih baris-berbaris di halaman Mangkunegara.

Padvinder Muhammadiyah menekankan pada kepanduan Islami dengan menerapkan akidah Islam dalam setiap kegiatannya. Maka, selain berlatih baris berbaris, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan olahraga setiap Ahad sore, pada malam Rabu, mereka diberi bekal keagamaan. Padvinder Muhammadiyah ini kemudian bermetamorfosis menjadi Hizbul Wathan (HW) pada 1920.

Meskipun HW bernuansa Islam, akan tetapi spirit nasionalismenya sangat kental. Baca saja semboyan Hizbul Wathan sejak berdiri yang: setia kepada ulil amri; sungguh berhajat akan menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani, tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segala kebenaran; ringan menolong dan rajin akan kewajiban; dan menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan. HW sempat dilebur ke dalam Gerakan Pramuka pada 1961. Akan tetapi, oleh Muhammadiyah HW diaktifkan kembali pada 1999 silam.

Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah alumnus HW. Pak Dirman mengakui, HW adalah tempat melatih fisik dan membina mental, bukan tempat untuk gagah-gagahan atau aksi-aksian. Maka, dalam benak Pak Dirman kala itu, HW benar-benar diharap dapat melatihnya sebagai seorang pandu yang sangat patuh dan disiplin terhadap peraturan.

Bolehlah kita bertanya, adakah kepanduan hari ini dapat melahirkan Sudirman-Sudirman baru?|

Saat melintas di sebuah SMA Negeri di Jl. Limo Raya No.30, Meruyung pagi tadi, seperti biasa para pengendara berhenti untuk memberi akses para siswa sekolah itu menyeberang. Ada yang menarik mata saya saat itu. Di antara semua siswa berseragam Pramuka hari ini, banyak di antaranya mengenakan seragam Padvinder Muhammadiyah, HW.

Ini keren! Saya menilainya ini sebuah pengakuan.

Akan tetapi, ada yang lebih substantif dari sekadar seragam, yaitu soal spirit. Ada irisan antara Undang-Undang Pandu HW dan Dasa Darma Pramuka. Mari bandingkan:


Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan:

Satu, Pandu Hizbul Wathan itu, dapat dipercaya;
Dua, Pandu Hizbul Wathan itu, setia dan teguh hati;
Tiga, Pandu Hizbul Wathan itu, siap menolong dan wajib berjasa;
Empat, Pandu Hizbul Wathan itu, suka perdamaian dan persaudaraan;
Lima, Pandu Hizbul Wathan itu, sopan santun dan perwira;
Enam, Pandu Hizbul Wathan itu, menyayangi semua makhluk;
Tujuh, Pandu Hizbul Wathan itu, melaksanakan perintah tanpa membantah;
Delapan, Pandu Hizbul Wathan itu, sabar dan pemaaf;
Sembilan, Pandu Hizbul Wathan itu, teliti dan hemat;
Sepuluh, Pandu Hizbul Wathan itu, suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan.

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Pasal 9 ayat 2 (Hasil Muktamar ke-3 HW tahun 2016)

Dasa Darma Pramuka.

1. Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
3. Patriot yang sopan dan kesatria.
4. Patuh dan suka bermusyawarah.
5. Rela menolong dan tabah.
6. Rajin, terampil dan gembira.
7. Hemat, cermat dan bersahaja.
8. Disiplin, berani dan setia.
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
10. Suci dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan.


Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Tahun 2009, berdasarkan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 Tahun 2009.

Dari rumusan cita-cinta kedua kepanduan di atas, Baik HW dan Pramuka sepakat soal “Suci dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan”. Hanya saja, HW memulai kesucian itu dari hati.

Boleh jadi karena karakter keislamannya, HW terinspirasi sebuah hadits yang menyebut bahwa hati adalah sumber inspirasi wujud rupa manusia. Ia menjadi cermin dari pikir, ucap, dan laku manusia. Bilamana hati manusia baik, maka baiklah seluruh jasad (pikir, ucap, dan laku). Namun, bilamana hatinya buruk, buruk jugalah seluruh jasad manusia itu.

Boleh jadi, karakter "suci" peserta didik bisa dibangun melalui kepanduan, baik melalui HW atau Pramuka. Akan tetapi, kesucian itu bukan karena seragamnya yang gagah, melainkan karena ia dipelihara, dihidupkan, dan selalu dijaga dari segala macam penyakit hati yang tersembunyi. 

Upacara Hari Pramuka, Senin 14 Agustus 2023 di Madrasah Pembangunan. Foto Credit: Gus Djamal.

Selamat Hari Pramuka para pandu. Semoga bisa menyerap spirit Pak Dirman.

Ruang Guru di Hari Pramuka, 14 Agustus 2023.