Ada yang berambut putih terselip di antara Ketua Majelis. Foto Credit Andi Maulana

Pemilihan calon Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok pada Musyda ke-7 berlangsung sukses. Agenda 5 tahunan yang digelar di Perguruan Muhammadiyah Cinangka pada 28 Juni 2023 itu menggunakan e-Voting. Pada rilis hasil voting dengan ekSIS e-Voting System v.4.0, nama saya ada tercantum pada posisi 19 dengan 43.00 Point.

“Kagak salah ini?” Saya merespons.

Eits, tunggu dulu!

Respons demikian itu bukan karena “ke-ge er an”. Apalagi bermaksud sebagai jemawa bahwa seharusnya saya bisa meraih poin di atas 43.00. Bukan. Saya hanya menakar diri dan merasa posisi 19 itu terlalu “mewah” buat saya.

Belakangan, saya diberi tahu kolega di Muhammadiyah Daerah bahwa nama saya diusulkan masuk jajaran di Majelis, entah majelis apa. Pada 25 Juli 2023 kemarin, nomor kontak saya sudah terhubung dengan Grup WA Majelis Pustaka dan Informasi MPI PDM Kota Depok 2022-2027 bersanding dengan 13 anggota majelis. Wah, berarti, serius ini.|

Kemarin, Kamis 17 Agustus 2023 badan meriang sejak subuh pagi. Gejala flu dan pilek mulai menggigit. Kepada Panitia Peringatan Ke-78 HUT Republik Indonesia di madrasah tempat saya mengajar, saya kirim pesan tidak bisa hadir mengikuti upacara. Jadilah seharian istirahat.

Setengah jam menjelang Zuhur, demam mulai reda setelah dibawa tidur. Hanya saja, gejala flu dan pilek masih berat. Tenggorokan sudah pula mulai terasa nyeri bila menelan. Wah, istirahat ternyata belum cukup untuk mengatasi gejala flu dan pileknya. Malah, tenggorokan mulai ikut-ikutan mendompleng sakit.

Menjelang Ashar, baru ingat ada agenda ngobrol santai dengan Ketua dan anggota MPI. Waduh!|

Rasanya, dari penampakan rambut, saya paling tua di antara anggota Majelis Pustaka dan Informasi MPI PDM Kota Depok yang hadir di Kopi Brumbun sore kemarin. Feeling saya berbisik, dengan Mas Muhammad Raihan Febriansyah, ketua Majelis, rasa-rasanya usia Mas Raihan masih pula di bawah saya. Lebih-lebih dibanding Andi Maulana. Wajahnya saja, Andi masih seperti anak baru kelas tiga SMA. Artinya, saya yang tertua di antara kami bertujuh yang hadir.

Bolehlah soal umur saya lebih banyak bilangannya, sudah pula uban di kepala bertabur, tapi soal pengalaman di bidang informatika, penguasaan media, dan jurnalistik, saya bukan apa-apa, paaaling sedikit, kata orang kampung saya “masih ijo”. Lagi pula, memang saya tidak punya background keilmuan bidang informasi, media, dan jurnalistik. Saya hanya lulusan Fakultas Tarbiyah IAIN (sekarang UIN) Jakarta 1999.

Saya dengar pula, ada tiga atau empat orang anggota Majelis yang punya pengalaman sebagai jurnalis di Harian Republika. Sementara pengalaman saya cuma “se-Harian” penuh dalam seminggu di Madrasah Pembangunan sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam. Irisan pada media saya dapat, hanya “seiris” pengalaman pernah menjadi staf redaksi di majalah sekolah. Sudah, itu doang.

Maka, dari ngobrol santai kemarin sembari ditemani sesapan Kopi Tubruk, ada banyak hal baru yang saya dapat. Mas Raihan membuka wacana soal pentingnya penguasaan media dan era digital. MPI PDM Kota Depok punya tantangan di sini. MPI bisa fokus membangun branding PDM lewat jalur media dan publikasi juga pustaka.

Sependek yang saya tangkap, Mas Raihan secara eksplisit menegaskan bahwa pemenang kehidupan hari ini adalah mereka yang menggenggam media. Tak terkecuali dunia dakwah. Dan, Muhammadiyah berhajat besar pada penguasaan media digital hari ini. Bila lengah, peluang mengembangkan sayap dakwah digital akan terbuang sia-sia. PDM Kota Depok perlu belajar dari PDM-PDM lain yang dakwah medianya sudah mapan.

Memang, Muhammadiyah masih punya “Suara Muhammadiyah”. Majalah tertua di republik ini masih bertahan meski lintasan zamannya sudah sangat panjang. Hanya saja, kita tidak tahu sampai kapan media kebanggaan persyarikatan ini tetap hidup sejak kelahirannya pada 1915 silam. Saya belum tahu, apa sudah ada survey internal untuk menemukan angka berapa persen anak-anak muda Muhammadiyah yang tergolong generasi milenial Muhammadiyah mengakses “Suara Muhammadiyah” versi cetak.

Akan tetapi, media-media cetak sudah bergeser dari masa jayanya meskipun belum punah sama sekali hari ini. Sekarang masanya media digital. Karena itu, sosial media milik resmi atau anggota persyarikatan harus diramaikan dengan pesan-pesan persyarikatan. Website resmi PDM harus dikelola lebih serius. Muhammadiyah harus merebut perhatian umat dengan publikasi media secara lebih signifikan.

Dengan komposisi kolaboratif akademisi, jurnalis, penulis, dan ahli di bidang komunikasi, saatnya MPI mengambil kemudi arah dakwah media PDM Kota Depok. Dan, ini kesmpatan bagi saya belajar banyak dari para punggawa media Muhammadiyah. Semoga Muhammadiyah kota Depok semakin mencerahkan umat sebagaimana saya tercerahkan pada obrolan ringan sore kemarin.

Semoga.|

Ruang Guru, Jumat 18 Agustus 2023