Langsung ke konten utama

Muhammadiyah School Culture

 

Muhammadiyah Australia College. Sumber gambar: https://aisyiyah.or.id/.

Menulis merupakan bagian dari perhatian Rasulullah SAW dalam aspek pendidikan dan pengajaran. Kisah tawanan perang Badar yang diminta mengajarkan keterampilan menulis anak-anak Madinah sebagai tebusan diri mereka menjadi rujukan dalam konteks ini. Sejarawan seperti Ibnu Sa’d dalam “Thabaqat”-nya dan Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad juga menyebutkan fakta ini. “Ada beberapa tawanan pada hari Perang Badar yang tidak memiliki tebusan, maka Rasulullah SAW menjadikan tebusan mereka dengan mengajarkan anak-anak Anshar menulis.” Demikian teks terjemah dari riwayat Imam Ahmad.

Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa beliau tidak akan membebaskan para tawanan itu kecuali setelah mereka mengajarkan kaum Muslimin membaca dan menulis. Zaid bin Tsabit, penerjemah dan sekretaris Nabi SAW dikabarkan merupakan salah satu dari mereka yang belajar pada peristiwa ini.

Tragedi Dogma vs Ilmuan Barat

Kemajuan Eropa atau Barat hari ini dibanding peradaban Islam sebenarnya tidak autentik. Bangsa ini mengalami masa titik peradaban terendah karena perpecahan kekaisaran Romawi dan kemerosotan peradaban Greko-Romawi. Pada saat bersamaan, gereja dengan segala otoritasnya berhadap-hadapan dengan sains. Dogma gereja sampai pada titik nadir dengan mengharamkan filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani dan menganggap keduanya sebagai sihir. Kalangan agamawan pun mengkampanyekan perang terhadap sains dan filsafat.

Tampaklah sikap gereja yang sangat keras memusuhi ilmuwan. Nicolaus Copernicus mati merana dan Galileo Galilei mati di penjara karena pengadilan iman (inkuisisi) gereja Roma. Kedua ilmuan ini dimusuhi gereja karena pendapatnya bahwa bumi itu bulat dan bukan merupakan pusat tata surya. Atau yang dialami oleh Miguel Servetto —penemu peredaran darah menukil Abu al-Hasan Ali Ibnu an-Nafis. Servetto dianggap tukang sihir, melawan doktrin gereja, dan dibakar pada tahun 1553 M.

Dominasi gereja yang sangat kuat menjadikan pendidikan di Eropa di bawah tekanan agamawan. Saat itu sekolah-sekolah ditutup, merebaknya buta huruf, dan ditinggalkannya karya sastra klasik. Gereja benar-benar mengunci peluang akal untuk mengkaji dan meneliti.

Tragedi yang terjadi pada peradaban Barat Eropa ini tidak pernah dialami ilmuan pada peradaban Islam baik di timur yang diwakili Baghdad di bawah pemerintahan Daulah Bani Abbas, maupun di Barat yang diwakili Andalusia di bawah pemerintahan Daulah Bani Umayyah II.

Cahaya Dari Timur ke Barat

Pada saat mayoritas penduduk Eropa hidup dalam kegelapan dan buta huruf ini, hampir seluruh penduduk Baghdad dan Andalusia dapat membaca dan menulis. Di bawah kekuasaan Islam, Andalusia yang posisinya di Eropa terang benderang. Kardoba dijuluki mutiara dunia karena Andalusia pada masa itu mencapai tingkat peradaban yang sangat maju. Pada masa itulah, ilmu pengetahuan muslim dari Andalusia mengalir ke negara-negara Eropa Kristen melalui kelompok-kelompok pelajar Eropa yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.

Peran Andalusia sangat besar dalam mengantarkan Eropa memasuki periode baru masa kebangkitan. Wilayah di semenanjung Iberia ini menjadi salah satu jalur transmisi keilmuan Islam di Eropa di samping Sisilia, dan Perang Salib.

Ketertarikan Barat Eropa pada kemajuan peradaban Islam di Andalusia ditandai dengan lawatan para sarjana Barat ke negeri-negeri muslim. Bukan sekadar lawatan, mereka menimba ilmu kemudian menjiplak beberapa bentuk kegiatan keilmuan yang dilakukan di negara-negara Islam tersebut. Para mahasiswa mereka sengaja dikirim untuk belajar di Andalusia seperti Gerard dari Cremona Italia, Johannes Hispalensis dari Seville, Dominic Gundisalvi dari Toledo, Adelard dari Bath, Campanus dari Navarra, Albert dan Daniel dari Morey. Kaum terpelajar ini menerjemahkan buku-buku karya ilmuan Islam dan menjadi motor perubahan bagi kemajuan Barat Eropa.

Para penguasanya pun tidak ketinggalan. Kemegahan peradaban yang dimiliki Andalusia menjadi daya tarik tersendiri. Pada masa Abdurrahman III —Emir (912-929) dan Khalifah Kordoba (929-961)— pendirian Madina Azzahra yang memiliki 400 kamar dengan fasilitas pendukung seperti masjid, taman, danau, pabrik senjata dan perhiasan menjadi daya yang mengundang kekaguman Barat. Beberapa duta dari Italia dan Jerman datang berkunjung untuk menikmati keindahan dan kemegahan kota tersebut. Beberapa pemimpin Lyon, Nevar/Barcelona yang membutuhkan insinyur, arsitektur, ahli bedah, dan ahli musik tidak luput mendatangi Kordoba.

Sumbangsih Pendidikan Islam untuk Dunia

“Alangkah beruntung, wahai engkau yang hidup di Andalusia, dengan air, keteduhan, sungai-sungai, dan rimbun pepohonannya.Taman surgawi hanya ada di bumi pertiwimu dan sekiranya mungkin aku memilih, niscaya akan kupilih negerimu. Janganlah takut masuk neraka kelak, sebab siapa pun yang telah mengenal surga tak akan masuk jahanam.”

Kemegahan Andalusia di atas dilukiskan oleh Claude Addas begitu indahnya. Tentu pujian itu tidak semata-mata kekaguman bersifat fisik, tapi juga sebagai bentuk terima kasih atas upaya adopsi pola dan bentuk-bentuk pengajaran, kurikulum maupun lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam di Andalusia oleh Barat Eropa. Adopsi itu sangat kuat pada proses transmisi ilmu pengetahuan melalui Perancis dan Italia dengan berkembangnya universitas-universitas dan kajian keilmuan.

Pengiriman pelajar dan ilmuan Barat Eropa ke Andalusia, kunjungan para pejabatnya, serta adopsi peradaban keilmuan Islam ini mendorong gerakan renaissance dan aufklarung dunia Barat. Gerakan renaissance pertama kali berlangsung di wilayah Italia yang secara geografis berdampingan dengan Peradaban Islam di Andalusia. Sejak itu, peradaban Barat Eropa memegang kendali sain dan teknologi sampai hari ini. Sementara peradaban Islam kian tertinggal di belakang mereka.

Hari ini, ada fenomena pendidikan Islam seperti minder berhadapan dengan pendidikan Barat. Padahal pendidikan Islam memiliki dasar yang kuat yang berasal dari tradisi keilmuan bersanad sebagai distingsi tradisi keilmuan Islam yang autentik. Adakah tradisi keilmuan yang sangat selektif selain dari tradisi keilmuan Islam?

Harus digarisbawahi lagi, kemajuan Barat hari ini tidak lepas dari akar tradisi keilmuan Islam. Barat justru berkembang setelah belajar dari tradisi keilmuan Islam. Seperti telah dikemukakan di awal, fakta sejarah ini tidak bisa diingkari meskipun banyak kalangan menganggap kaum muslimin terlalu utopis bila fakta ini diungkap kembali.

Ilmuan Muslim

Era Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ilmuwan di bidang fisika, kimia, mekanik, dan sastra yang meletakkan dasar-dasar pesawat terbang telah berlalu. Karena kreativitas bin Firnas ini, manusia bisa menikmati teknologi pesawat terbang, moda transportasi udara yang memangkas jarak tempuh dan jarak waktu dari satu titik benua menuju titik di benua yang lain.

Era Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas al-Zahrawi, dokter muslim yang menemukan alat-alat bedah dan catgut (benang bedah) juga sudah jauh pergi. Dunia pengobatan modern hari ini berhutang budi bagaimana menangani penyakit dengan teknik operasi bedah temuannya. Caesarean section bagi ibu hamil yang tidak bisa melahirkan secara normal hari ini tidak lain merupakan pengembangan dari jasa al-Zahrawi yang dipraktikkannya pada 1.011 tahun yang lalu.

Beberapa nama ilmuan Muslim lain seperti Ismail al-Jazari —bapak mekanik, penemu jam, dan robotik menjadi dasar pengembangan kendaraan bermesin dan alat-alat robotik penopang dunia industri. Berkata jasa al-Jazari, dunia mengalami revolusi industri. Dengan bantuan mesin, barang industri bisa diproduksi massal, memangkas ongkos, dan waktu produksi yang cepat.

Ibnu al-Haytham yang dikenang dunia sebagai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar optik fisiologis yang menyangkut prinsip optik mata dan astronomi menjadi dasar pengembangan kamera, lensa optik, dan proyektor. Dunia sinematografi hari ini menjadi segmentasi yang banyak memanfaatkan karya Ibnu al-Haytham. Dan, sudah berabad masa al-Haytham ini meninggalkan dunia yang terus berubah.

Pertanyaan mendasar yang bisa kita ajukan pada zaman ini adalah, bagaimana pendidikan Islam dirancang untuk melahirkan polymate sekaliber mereka semua yang karya-karyanya menginspirasi dunia dan peradaban modern saat ini?

Distingsi Pendidikan Muhammadiyah Abad 21

Sejak awal, Muhammadiyah sudah mengembangakan sistem pendidikan yang memecahkan kebuntuan dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Pendidikan agama yang terlalu bercorak ukhrawi yang mengharamkan mempelajari sain dan pendidikan umum yang sekuler yang menihilkan agama dipadukan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ini menjadi prototype distingsi kultur pendidikan Muhammadiyah yang membedakannya dari lembaga-lembaga pendidikan lainnya di Indonesia pada era kolonial.

Jadi, idealnya sekolah-sekolah Muhammadiyah itu kuat akar tradisi keilmuan Islamnya serta terbuka bagi pengembangan sain dan teknologi yang diperlukan untuk menopang peradaban maju hari ini. Maka, harapan menjadikan sekolah Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan pendidikan di masa depan sudah memiliki pijakan yang kokoh dengan dua keyword tolok ukurnya yaitu nilai-nilai Islam dan menempatkan ilmu dalam kesatuan yang tidak dikotomis. Bila dihubungkan dengan keunggulan karakter peserta didik, maka value-nya adalah nilai-nilai Islam.

Secara sederhana, pendidikan Muhammadiyah hari ini perlu memperkuat distingsi integratif nilai-nilai Islam dan sain yang sejak semula sudah menjadi cita-cita pendidikan Muhammadiyah. Penguatan itu dengan cara mengadaptasi tantangan pendidikan kekinian pada sekolah, madrasah, dan pondok-pondok pesantrennya.

Warna 21st Century Skill harus semarak dalam proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. Kemampuan ini harus hidup warna-warninya di ruang-ruang kelas pada setiap level sekolah, madrasah, dan pondok-pondok Muhammadiyah.

Apa saja kemampuan dari 21st Century Skill yang dimaksud?

Pertama Critical Thinking And Problem Solving Skill atau kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah telah dan akan selalu bersinggungan dengan masalah-masalah sosial. Teologi Al-Maun yang sangat populer itu lahir dari problem sosial yang dicarikan pemecahannya dalam berbagai aksi-aksi nyata membela kaum dhuafa. Maka semua lembaga pendidikannya harus sudah membekali kemampuan ini sejak dini.

Kedua, Communication Skill atau kecakapan berkomunikasi. Tentu, untuk memperkuat dakwah Muhammadiyah, lembaga pendidikannya perlu melatih kecakapan ini secara terstruktur, berjenjang, dan berkelanjutan. Bibit dai dan mubaligh Muhammadiyah sudah harus disemai dari lembaga-lembaga pendidikan secara lebih serius.

Ketiga, Creativity And Innovation Skills atau daya kreatif dan inovatif. Poin ketiga ini bisa dipadukan dengan poin keempat yaitu Collaboration Skills. Poin ketiga dan keempat ini sangat diperlukan untuk mendukung poin pertama dan kedua. Dunia dakwah hari ini sangat memerlukan daya kreatif dan inovasi untuk menjawab dakwah era disrupsi hari ini. Dakwah konvensional memang masih akan bertahan bagi kalangan tua dan komunitas Muhammadiyah di pedesaan, tapi untuk segmen dakwah anak muda dan perkotaan yang banyak bersinggungan dengan teknologi informasi, Creativity And Innovation Skills tidak bisa ditawar lagi.

Lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah seharusnya sudah menerapkan teknologi dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Tentu dasar pertimbangannya adalah menciptakan iklim belajar yang kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Dengan memanfaatkan teknologi, ketiga kemampuan ini sangat mudah dikembangkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis Canva misalnya. Teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk membangun Communication Skill dengan cara yang sangat kreatif, inovatif, dan kolaboratif seperti membuat poster Fatwa Tarjih tentang keharaman rokok, pemanfaat air secara bijak, atau fikih kebencanaan.

Literasi Menulis

Turunan dari Communication Skill yaitu writing skill tampaknya masih belum mendapatkan perhatian serius di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Writing skill belum banyak disentuh. Prestise keterampilan ini masih di bawah marching band, musik, panahan, menari, robotik, renang, dan lain-lain.

Writing skill atau bahkan Journalistik for Student masih belum banyak dilirik sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai ekstrakurikuler padahal ia sangat dekat dengan literasi yang menjadi denyut nadi kehidupan sekolah. Jadi, sebenarnya sesuatu yang paradoks bila sekolah tidak punya perhatian membekali skill ini kepada peserta didik.

Sekolah itu tidak akan pernah bisa lepas dari continuous promotion yang bisa dicover oleh writing skill yang baik. Maka, bisa dibayangkan apabila prestasi yang diraih ekstrakurikuler marching band, musik, panahan, menari, robotik, atau renang misalnya dikemas dalam bentuk media jurnalistik audio visual, infografis, dan berita. Writing skill sangat berperan di sini terutama untuk mengisi laman website sekolah sebagai pangkalan informasi digital era sekarang. Writing skill bisa menjadi alat bagi continuous promotion sekolah Muhammadiyah dari waktu ke waktu.

Muatan dari writing skill yang bisa bisa dikembangkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah mencakup tiga kompetensi yaitu; inform, support an argument with claims, dan engage and entertain. Inform lebih mengarah pada bagaimana melatih peserta didik kemampuan menulis berita sebagai jurnalis. Support an argument with claims melatih peserta didik keterampilan menulis esai, artikel, opini, feature, buku, atau karya ilmiah. Sedangkan engage and entertain diarahkan untuk mengembangkan daya imajinasi dalam bentuk karya fiksi semisal novel, cerpen, puisi, atau pantun. Tampaknya, engage and entertain juga berpeluang diarahkan pada kemampuan menulis komersial seperti untuk kebutuhan iklan atau copywriting.

Rasa-rasanya jargon “Berkemajuan” masih belum kental nuansa berkemajuannya pada lembaga pendidikan apabila sekolah-sekolah Muhammadiyah abai pada writing skill. Menjadikan sekolah Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan rasa-rasanya perlu memberi perhatian pada bidang ini sebagai upaya menjawab 21st Century Skill bagi sekolah Muhammadiyah abad 21. Jadi, writing skill itu ibarat melanjutkan spirit Nabi SAW mencetak generasi literat semisal Zaid bin Tsabit, sang sektretais pencatat wahyu pada era kenabian.

Kata Muhbib Abdul Wahab dalam tulisannya  Advantages of the Muhammadiyah Education System“Muhammadiyah is committed to advancing the nation's civilization based on the literacy movement, namely the movement to educate, enlighten and advance the national community, so that it becomes a nation of faith, knowledge, charity and civilization.” Bahwa Muhammadiyah berkomitmen untuk memajukan peradaban bangsa berdasarkan gerakan literasi, yaitu gerakan untuk mendidik, mencerahkan, dan memajukan masyarakat nasional, sehingga menjadi bangsa yang beriman, berilmu, beramal, dan berperadaban.

Nir-Bullying

Satu hal yang perlu juga digarisbawahi dan diperhatikan adalah menghadirkan karakter rahmatan lil alamin di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekolah-sekolah Muhammadiyah harus ramah, menjadi lembaga praktikum rahmatan lil alamin bagi peserta didik dan semua warga sekolah, dan bersih dari berbagai bentuk kekerasan.

Bullying di sekolah kerap menjadi sorotan. Perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan menyakiti atau merendahkan orang lain yang dianggap lebih lemah tidak boleh terjadi di sekolah-sekolah Muhammadiyah. There is no reason for bullying in Muhammadiyah schools.

Bullying bisa terjadi dalam bentuk bullying fisik, verbal, sosial, rasial, seksual, berbasis gender, dan yang perlu juga diperhatikan pada era digital ini adalah cyberbullying. Pada batas-batas tertentu, bullying bisa sampai pada tarap membahayakan fisik dan mengancam keselamatan jiwa. Maka ia harus menjadi perhatian serius dunia sekolah.

Bullying verbal kadang kurang mendapat perhatian memadai dari guru atau pimpinan sekolah. Bullying jenis ini paling sering terjadi di dunia sekolah mana pun sebab kadang dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Bila seorang anak mengadu selepas pulang dari sekolah dengan wajah masam, boleh jadi dia baru saja mengalami bullying atau perundungan jenis ini. Setelah diselisik, rupanya dia sudah tidak nyaman di sekolah sebab selalu dipanggil teman-teman sekelasnya dengan panggilan nama bapak atau ibunya. Ini sudah masuk kategori bullying verbal. 

Maka, di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks, sudah saatnya Muhammadiyah school culture disuburkan untuk menghadirkan sekolah Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan pendidikan Islam dan Indonesia masa depan. Bila ada banyak sekolah Muhammadiyah belum sepenuhnya siap menghadirkan layanan pendidikan inklusi, minimal menjadi sekolah nir-bullying

Distingsi pendidikan Muhammadiyah perlu pula diperkuat dengan menghadirkan jawaban 21st Century Skill sebagai ciri sekolah berkemajuan.

Semoga.[]

Depok, 23 Oktober 2024.
Dari balik renungan kader biasa saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

Naskah Pentigraf MTs Pembangunan 2023 yang Lolos Seleksi

MTs Pembangunan kembali menggelar event menulis. Dimulai dari rangkaian kegiatan Field Trip, kemudian dilanjutkan dengan event menulis Pentigraf. Tim Editor yang bekerja sejak akhir Oktober 2023, telah menyelesaikan 100 % proses naskah seleksi dan editing. Pengumuman hasil seleksi telah dimuat di situs ini secara berkala setiap Sabtu, dimulai Sabtu, 09 Desember 2023 sampai dengan Sabtu, 23 Desember 2023. Hari ini, Sabtu, 23 Desember 2023 adalah pengumuman tahap terakhir naskah yang lolos seleksi. Kepada para penulis yang naskahnya belum lolos seleksi, tetap semangat menulis untuk mengikuti event-event menulis berikutnya, Keputusan Tim editor bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Selamat kepada penulis yang naskahnya sudah dinyatakan lolos TIM Editor berikut ini: Akbar Diawur. Judul pentigraf "Kehidupan di Masa Depan". Athaya Juneeta. Judul Pentigraf "Warisan Nenek" . Binar Bening Embun. Judul Pentigraf "Mukidi". M. Akhtar Ziyad. Judul Pentigraf &

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah