Langsung ke konten utama

Hilf al-Fudhul di Tanah Jawa; Refleksi Milad Ke-122 Muhammadiyah

Tokoh Muhammadiyah, Tokoh Pergerakan, dan Pahlawan. Sumber gambar: https://www.unisayogya.ac.id/

Melintas Zaman

Pada 18 November 2024 tahun ini, Muhammadiyah genap berusia 112 tahun menurut hitungan kalender Miladiyah. Dalam perjalanan sejarah bangsa ini, Muhammadiyah sudah melintas zaman. Organisasi ini tetap kokoh seperti batu karang. Meski diterpa empasan angin politik, budaya, modernisme, dan berbagai paham yang mengepung masyarakat bangsa, Muhammadiyah bergeming dari jati dirinya yang autentik sebagai gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar sepanjang usianya sekarang.

Muhammadiyah lahir di era Penjajahan dan Kolonialisme (1700-1945), terus bertumbuh pada era Pergerakan (1908-1928), tetap berkembang pada masa Pendudukan Jepang (1943-1945), semakin berkibar di era Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949), tidak luntur di era RIS dan Demokrasi Liberal (1949-1959), tetap istiqomah di Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1966), semakin menggembirakan anak bangsa di Zaman Orde Baru (1966-1998), dan tetap setia pada khittah-nya di era Reformasi dengan semangat berkemajuan yang diusungnya.

Umumnya, nama-nama besar seperti Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman, Ir Djoeanda, KH Fachrudin, Buya Hamka, Gatot Mangkoepradja, KH Mas Mansoer, Ki Bagus Hadikoesoemo, Kasman Singodimedjo, Abdul Kahar Muzakkir, dan banyak lagi nama-nama besar itu disebut dalam sejarah Pergerakan Nasional di lingkungan Persyarikatan. Mereka membawa spirit jihad KH Ahmad Dahlan, menjadi wakaf Muhammadiyah untuk negeri yang sudah disemai pendirinya pada 1912.

Akan tetapi, tentu para da’i Muhammadiyah di garis depan tidak kalah besar perannya. Mereka turut “mengawetkan” Muhammadiyah di ranting-ranting melintas zaman. Meskipun nama-nama mereka tidak tertulis dalam lembaran sejarah pergerakan, namun militansi menjadi penghubung transmisi pergerakan Muhammadiyah sejak masa kolonialisme tidak terputus hingga sekarang. Lagi pula, tertulis atau tidak nama sendiri bukan perkara penting bagi mereka asalkan api dakwah Muhammadiyah tetap menyala.

Hilf al-Fudhul

Dalam Sirah Nabawiyah, Hilf al-Fudhul menjadi poin menarik disinggung untuk menjawab keraguan sebagian warga Persyarikatan yang menjadi korban infiltrasi dari manhaj yang mengharamkan organisasi sebab ia dianggap barang bid’ah. Alasannya simpel betul: “pada masa Nabi SAW tidak ada organisasi”. Ya, sekilas tampak betul alasan itu, betul. Akan tetapi sadarkah pikiran kita, bahwa prinsip-prinsip atau tata kerja layaknya organisasi hidup berdampingan dengan Rasulullah sepanjang era kenabian. Did the Prophet Muhammad shallallahu alaihi wa sallam not organize during the battles of Badr, Uhud, or Khandaq?

Hilf al-Fudhul semacam persyarikatan yang dibentuk kabilah dari Bani Hasyim, Bani Al-Muthalib, Bani Asad bin Abdul ‘Uzza, Bani Zuhrah bin Kilab, dan Bani Taim bin Murrah pada 591 M. Hampir tidak ada kitab sirah yang tidak menyinggung soal Hilf al-Fudhul ini. Dideklarasikan di rumah Abdullah bin Jud’an at-Taimi. Orang-orang Quraisy itu saling berjanji dan berikrar bahwa tidak akan ada seorang pun yang teraniaya di Makkah, baik penduduk asli maupun orang yang datang dari luar, kecuali mereka akan berdiri di sisinya dan mendukungnya hingga haknya dikembalikan kepadanya.

Bermula dari seorang pria asing yang datang ke Makkah membawa barang dagangan. Barang dagangan tersebut dibeli oleh Al-‘As bin Wa’il, namun al-‘As bin Wa’il menolak memberikan pembayaran yang seharusnya. Pria asing itu pun meminta bantuan penduduk Makkah; sebagian dari mereka menolongnya, sementara yang lain tidak. Mereka yang mendukungnya kemudian pergi menemui Al-‘As bin Wa’il dan mengambil kembali hak pria tersebut darinya. Setelah itu, beberapa kabilah Quraisy berkumpul di rumah Abdullah bin Jud’an dan berjanji untuk menolong siapa pun yang tertindas di Makkah, dari mana pun asalnya, dan memastikan agar keadilan ditegakkan untuk mereka.

Perjanjian ini dianggap sebagai salah satu perjanjian yang paling mulia dan terhormat yang dikenal oleh bangsa Arab. Dideklarasikan pada bulan Dzulqa’dah, salah satu bulan suci dari bulan-bulan Haram. Al-Zubair bin Abd al-Muththalib adalah yang pertama kali mengajak dan menyerukan perjanjian ini. Quraisy menamai perjanjian ini dengan nama Hilf al-Fudhul (Perjanjian Keutamaan).

Keterlibatan Nabi Muhammad SAW

Hilf al-Fudhul berlangsung sebelum bi’tsah. Muhammad berusia 20 tahun saat itu dan belum diutus sebagai rasul. Beliau hadir di rumah Abdullah bin Jud’an saat deklarasi pada 591 M. KH. Moenawar Chalil menyebut beliau menjadi anggota Hilf al-Fudhul. Bahkan, dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad ﷺ, jilid 1 halaman 78, Kiai Chalil menyebut Hilf al-Fudhul sebagai ”Organisasi”.

Setelah era kenabian, Abdurrahman bin ‘Auf memberi kesaksian sebagaimana riwayat Imam Ahmad. Kata Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Aku menyaksikan hilf al-Fudhul bersama paman-pamanku sedangkan aku masih kecil. Tidaklah aku sukai bila aku mempunyai unta merah, tapi harus membatalkan sumpah ini”.

Demikian pula dalam riwayat Imam al-Baihaqi, Ibnu Katsir, dan al-Qurtubi, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyatakan: ”Aku menyaksikan Hilf al-Fudhul di rumah Ibnu Jud'an. Ini lebih aku sukai daripada mendapatkan unta merah. Jika aku diajak seperti itu di saat islam sudah ada, maka akan aku penuhi.”

Dari beberapa keterangan tentang Hilf al-Fudhul dari kitab-kitab sirah serta riwayat-riwayat yang diketengahkan tentang persekutuan ini di dalam sirah, maka anggapan bahwa organisasi merupakan barang bid’ah sebab pada masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak ada organisasi menjadi gugur dengan sendirinya.

Hilf al-Fudhul di Tanah Jawa

Muhammadiyah didirikan KH Ahmad di tanah Jawa, tepatnya Kauman, Yogyakarta. Hasil dari interaksi, renungan, dan penghayatan KH Ahmad Dahlan pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya dalam bidang sosial melahirkan apa yang dikenal di belakang hari dengan gerakan atau Teologi Al-Maun. Gerakan Al-Ma’un yang digagas KH Ahmad Dahlan benar-benar menggerakkan jiwa sosial untuk pemberdayaan fakir miskin yang fokus pada pemeliharaan dan pendidikan pada kaum dhuafa. Kelak, tafsir-tafsir demikian itu mengkristal dalam jiwa gerakan Muhammadiyah.

Pengajaran dari tafsir gerakan Al-Ma’un KH Ahmad Dahlan saat itu bersifat aktual, aplikatif, dan kontekstual. Beliau menafsirkan makna kemiskinan tidak sebatas pada kemiskinan sandang, pangan, dan papan, tetapi juga kemiskinan ilmu, perhatian atas kasih sayang, dan kesehatan kaum dhuafa. Tafsir model ini melahirkan sistem pendidikan baru dan lembaga-lembaga pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah-nya sejak zzaman kolonialisme. Panti-panti asuhan, rumah jompo, dan layanan kesehatan pun berdiri di bawah PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada 15 Februari 1923. Sebulan sebelumnya, tepatnya pada 13 Januari 1923, Muhammadiyah lebih dahulu mendirikan rumah pelayanan bagi orang miskin dan terlantar.

HM Soedja’, salah satu murid kepercayaan KH Ahmad Dahlan adalah sosok di balik hadirnya layanan-layanan di atas. Ia menjadi capaian tertinggi peninggalan terakhir jejak pembaharuan KH Ahmad Dahlan karena tidak lama setelah itu, pada tanggal 23 Februari 1923 KH Ahmad Dahlan berpulang ke haribaan Allah Yang Maha Tinggi.

Bila di Makkah ada Al-Zubair bin ‘Abd al-Muththalib yang tidak suka pada kezaliman bangsawan Makkah yang semena-mena sehingga melahirkan Hilf al-Fudhul, di tanah jawa ada KH Ahmad Dahlan yang juga tidak bisa berpangku tangan menyaksikan dampak feodalisme di tanah Jawa dan melahirkan Muhammadiyah, 1321 tahun setelah deklarasi Hilf al-Fudhul di rumah Abdullah bin Jud’an at-Taimi di Makkah. Ada Muhammad muda saat deklarasi Hilf al-Fudhul. Sementara KH Ahmad Dahlan mengambil nama “Muhammadiyah” untuk gerakan pembaharuannya.

Maka, bolehlah Muhammadiyah itu disebut Hilf al-Fudhul di Tanah Jawa yang memiliki kesamaan cita-cita pada perlindungan orang-orang yang lemah dan terzalimi secara politik, ekonomi, dan budaya. Organisasi ini dideklarasikan Pada 18 November 1912 di sebuah rumah di Kampung Kauman yang populer disebut orang “Pendopo Tabligh”. Pendopo Tabligh sering digunakan tempat berkumpul masyarakat Kauman yang mendukung pemikiran dan gagasan-gagasan KH Ahmad Dahlan.

Hari ini, dengan daya tahan yang luar biasa, Muhammadiyah bahkan sudah menjelma menjadi Hilf al-Fudhul nusantara bahkan Hilf al-Fudhul dunia dengan lahirnya Cabang-cabang Istimewa Muhammadiyah di seantero dunia, termasuk Saudi Arabia tempat kali pertama lahirnya organisasi Hilf al-Fudhul.

Selamat Milad ke-112 Muhammadiyah.

Ciputat, 01 November 2024.
Dari Bilik Renungan Kader Biasa Saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Three Cycles of Certainty

Peserta Kuliah Manajemen Kematian Komplek Griya Sasmita, Serua, Depok berpose dengan narasumber. Foto credit, Mas Mono. BISA jadi, teori kecerdasan ganda Howard Gardner dikagumi dalam kesadaran hidup. Gardner telah mengidentifikasi delapan kecerdasan: linguistik, logis-matematis, musikal, spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik . Gardner juga mempertimbangkan dua kecerdasan tambahan, eksistensial dan pedagogis . Teori Gardner banyak dibincangkan dan dipasangkan dalam teori belajar. Teori ini dianggap akademisi dan praktisi pendidikan sangat relevan dengan asumsi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi kecerdasan berbeda tiap individu. Kecerdasan-kecerdasan di atas –sering disebut dengan multiple intelligences – di bangku sekolah dipandang penting untuk mengembangkan kecakapan hidup setiap peserta didik. Aplikasi dari teori ini berupa rancangan proses pembelajaran yang bisa menjangkau pengembangan kecerdasan paling dominan yang dimiliki peserta didik di

Naskah Pentigraf MTs Pembangunan 2023 yang Lolos Seleksi

MTs Pembangunan kembali menggelar event menulis. Dimulai dari rangkaian kegiatan Field Trip, kemudian dilanjutkan dengan event menulis Pentigraf. Tim Editor yang bekerja sejak akhir Oktober 2023, telah menyelesaikan 100 % proses naskah seleksi dan editing. Pengumuman hasil seleksi telah dimuat di situs ini secara berkala setiap Sabtu, dimulai Sabtu, 09 Desember 2023 sampai dengan Sabtu, 23 Desember 2023. Hari ini, Sabtu, 23 Desember 2023 adalah pengumuman tahap terakhir naskah yang lolos seleksi. Kepada para penulis yang naskahnya belum lolos seleksi, tetap semangat menulis untuk mengikuti event-event menulis berikutnya, Keputusan Tim editor bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Selamat kepada penulis yang naskahnya sudah dinyatakan lolos TIM Editor berikut ini: Akbar Diawur. Judul pentigraf "Kehidupan di Masa Depan". Athaya Juneeta. Judul Pentigraf "Warisan Nenek" . Binar Bening Embun. Judul Pentigraf "Mukidi". M. Akhtar Ziyad. Judul Pentigraf &

"MISTERI" DI BALIK "TARAWIH TERAKHIR"

Draft "Tarawih Terakhir" Kita harus mulai berpikir seperti sungai jika ingin meninggalkan warisan keindahan dan kehidupan untuk generasi mendatang." – David Brower. INI sepenggal kisah. Kisah tentang para pemburu pasir Ciliwung dalam draft buku “Tarawih Terakhir”. Semula, rencana buku ini akan diluncurkan pada 18 November 2021 saat 95 % buku sudah siap pada Agustus 2021. 18 November adalah “waktu keramat”, tepat saat Milad Muhammadiyah ke-109. Bagi warga persyarikatan, Milad itu seperti saatnya berjumpa kekasih. Senang, bahagia, dan semringah jadi satu. Akan tetapi, karena kendala teknis, momentum Milad akhirnya tidak bisa direngkuh. Ia berlalu. Rasanya, seperti ditinggalkan sang kekasih tercinta yang pergi tanpa pesan. Mengapa Milad? Ya, karena buku ini punya benang merah yang kuat dengan persyarikatan Muhammadiyah Ranting Pulo. Rekaman para pejuang penggali pasir Ciliwung untuk membangun masjid yang dulunya Langgar Pak Tua Naen. Masjid yang kelak dibangun mereka susah