Tangkapan layar dari Channel YouTubeAaGuruTiGarut

Jadi kalo misalkan mao kentel-kentelan Muhammadiyah coba, ayo mau kentelan siapa masalah Muhammadiyah itu, ya. Saya itu dulu waktu di IRM, saya ya aktif kemudian waktu di pesantren saya itu di Darul Arqam, namanya Darul Arqom Muhammadiyah Daerah Garut itu

Dugaan saya, Angga Sugih Pragina dengan akun YouTubenya AaGuruTiGarut ( AGTG) ini santri non-Muhammadiyah yang mondok di Muhammadiyah Darul Arqam Garut. Baru dugaan, sih, tapi indikasinya cukup kuat.

Pertama, hampir tidak ada orang Muhammadiyah ashli—pake shaad—mengucap salam dengan tambahan “ta’ala” seperti yang diucapkan AGTG pada kalimat “warahmatullaahi”. Ehehehehe.

Dulu, sewaktu masih mahasiswa di satu lembaga milik NU, Dekan Fakultas Tarbiyah tiap kali menyampaikan sambutan atau orasi di hadapan mahasiswa baru, salamnya bahkan lebih panjang dari AGTG, “Assalamualaikum wa’alaikunna warahmatullaahi ta’ala wa barakatuh”. Kalimat “ta’ala”-nya sama fasihnya dengan ucapan AGTG. Ah, dugaan jenengan non-Muhammadiyah sudah bisa ditebak baru pada indikasi pertama.

Kedua, hampir tidak ada orang Muhammadiyah ashli menambahkan kata “sayyidina” saat bershalawat, baik dalam muqaddimah saat menyampaikan kata sambutan atau memulai ceramah umum, atau kajian formal dengan “allahumma shalli a’la sayyidnina Muhammadin”.

Meskipun Muhammadiyah tidak melarang menambahkan “sayyidina” sepanjang ia dilafalkan bukan dalam bacaan shalawat ketika shalat saat tasyahud atau shalawat saat berkhutbah, pujian “sayyidina” tidak digunakan. Ya, pujian demikian itu bukan brand Muhammadiyah.

Pujian dengan kata “sayyidina” itu sudah melekat di kalangan Nahdliyyin. Meskipun pujian “sayyidina” itu netral dan bisa diucapkan dari banyak kalangan, tapi ia sudah menjadi thabi’iyyah-nya Nahdliyyin di semua lokus, dari ujung barat sampai ujung timur. Dari ujung utara ke ujung selatan bumi di mana ada warga Nahdliyyin.

Ketiga, hampir tidak ada orang Muhammadiyah ashli menyebut Muhammadiyah dengan singkatan “MD”. Biasanya yang menggunakan singkatan “MD” untuk menyebut Muhammadiyah itu non-Muhammadiyah.

Di Kudus—mayoritas muslimnya warga Nahdliyyin—sering menggunakan singkatan “MD” untuk menyebut Muhammadiyah. AGTG dalam video https://www.youtube.com/watch?v=eNleCoPHajc&t=95s pada menit 6: 32 detik, ada menyebut idiom “MD” ini, lalu mengiringi sesudahnya dengan menyebut Muhammadiyah.

Ketempat, boleh jadi AGTG sudah “jadi Muhammadiyah”—enam tahun saat mondok di Arqom, enam tahun sesudahnya. Namun, setelah mengenal Asya’iroh Maturidiyah seperti yang disebutnya, AGTG seakan telah “murtad” dari Muhammadiyah, lalu kembali pada habitatnya semula. Ehehehehehe.

Maka, dengan empat indikasi ini, boleh jadi AGTG ini orang NU atau non-Muhammadiyah yang “nyasar” masuk pondok Muhammadiyah. Namun—sekali lagi—ini baru dugaan.

Etapi, dalam video tanggapannya “JAGAN MAIN2 DENGAN MUHAMMADIYAH; AKHIRNYA KENA TEGURAN TANPA REFERENSI. ‪@mimbarpersyarikatan‬”, seolah-olah dia masih Muhammadiyah dengan bahasa “hasil didikan Muhammadiyah”. Cek mulai menit ke-6: 43 dan seterusnya di: https://www.youtube.com/watch?v=29mO1X6ZBtc&t=436s

Bahkan, mulai menit ke-6:59 detik dalam video tanggapannya itu, AGTG nekat membanding-bandingkan kekentelan Muhammadiyahnya dengan @mimbarpersyarikatan.

Wa qaala AGTG : “... Jadi kalo misalkan mao kentel-kentelan Muhammadiyah coba, ayo mau kentelan siapa masalah Muhammadiyah itu, ya. Saya itu dulu waktu di IRM, saya ya aktif kemudian waktu di pesantren saya itu di Darul Arqam, namanya Darul Arqom Muhammadiyah Daerah Garut itu ….”

Ahahahahah … orang yang saya duga non-Muhammadiyah yang “nyasar” masuk pondok Muhammadiyah, baru pernah kenal Muhammadiyah 12 tahun terus kepincut Asya’iroh dan Mautridiyah, nekat adu kentel paling Muhammadiyah dengan ‪@mimbarpersyarikatan? Ini opo ora salah toh, lee, le. Ngisin-ngisini awakmu dewek.

‪@mimbarpersyarikatan itu lahir dari keluarga Muhammadiyah, sekolah dan kuliah di Universitas Muhammadiyah, pernah menjadi mahasantri Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran, pernah mengasuh dan mengajar di Pondok Muhammadiyah Darul Arqam Sawangan, mengasuh Panti Muhammadiyah, mengisi kajian-kajian di forum-forum Muhammadiyah di Boyolali, Jogja, dan sekitarnya sampai saat ini. Mbok ya, jenengan ngaca dulu toh leee, le.

Maka, menyimak narasi soal adu kentel siapa paling Muhammadiyah antara jenengan dengan @mimbarpersyarikatan, saya kok ngebayangin dongeng di dunia fabel. Jenengan itu ibarat fabel kucing yang terobsesi dan bertingkah layaknya seekor macan. Sang kucing mengaum keras menirukan auman raja hutan sambil menunjukkan taring dan kuku-kuku kakinya yang mungil di depan kerumunan warga hutan. Akan tetapi, auman itu terdengar di telinga semua warga hutan tetaplah suara kucing, “miaw! Miaw! Miaw!” Penduduk hutan pun tertawa ngakak, sedangkan si raja hutan buang angin sambil cembetut.😂

Tubikontinyu ...

Ciputat, Lebaran lewat sepuluh hari. Kamis, 10 April 2025.