![]() |
Tangkapan layar dari Channel YouTubeAaGuruTiGarut |
Jadi Muhammadiyah itu sekarang sudah fanatisme, sudah fanatik, karena kalau dikasih ilmunya bagus, tidak akan jadi fanatisme seperti ini …
Tampaknya, sikap AGTG kepada mang Didi itu dia jadikan background, bangunan narasi bahwa beginilah hasil dari didikan pondoknya saat itu—kalau tidak salah pondok Muhammadiyah Darul Arqam Garut. Bahwa dirinya dahulu menjadi fanatik, sedangkan dia baru kelas 1 Aliyah.
Bangunan narasi itu kasat rasa saat AGTG dalam paparannya mengakui bahwa dalam pemahamannya yang sekarang, bacaan —kemungkinan bacaan Al-Fatihahnya Mang Didi, bukan bacaan ikhtilat ayat yang berlainan surat— dari sisi fiqih dinilainya tidak salah.
Nah, di sini “carut wal marut” otak AGTG makin kentara. Background sikapnya pada Mang Didi ini lalu ditarik pada kasus jamaah di Palangkaraya itu. Maka pada menit ke 2:33 detik, AGTG menegaskan:
“Jadi Muhammadiyah itu sekarang sudah fanatisme, sudah fanatik, karena kalau dikasih ilmunya bagus, tidak akan jadi fanatisme seperti ini …”
Nah, saya kok, ya heran. Dari tampilannya, AGTG terkesan intelek. Background videonya saja rak berjubel literatur. Tapi, pandangannya soal makna ideal tentang fanatisme tidak sekaya koleksi literaturnya.
Maka, dalam konteks ini, AGTG gagal melihat makna faktual fanatisme dengan lebih luas layaknya seorang intelek yang berpikiran luas. Masa, menilai sikap fanatik hanya sejurus, yaitu kasus jamaah di Palangkaraya itu, lalu menyeret dan memvonis Muhammadiyah sudah jadi fanatik. Semangat sekali menjadikannya sebagai konten yang menempatkan dirinya sebagai sosok yang anti intoleran.
Bos, sikap fanatik personal itu ada di mana-mana. Jenengan kira Kyai Idrus Ramli tidak fanatik pada Aswajanya? Coba jenengan lacak video-video narasinya dalam menilai Muhammadiyah. Ada banyak kok narasinya tentang Muhammadiyah itu miring laksana menara Pisa. Apalagi kalau menilai Wahabi, waduh, Kyai Idrus sungguh-sungguh fanatik.
Lalu, apa Kyai Idrus merasa sikapnya salah dalam hal ini? Ya, tidak. Kyai Idrus sedang mengekspresikan sifat fanatiknya pada Aswaja. Boleh jadi, begitulah dahulu Kyai Idrus mendapat pengajaran di pondok tempatnya menimba ilmu.
“Pirtinyiinnyi”, apakah semua Kyai Aswaja sama penilaiannya pada Wahabi seperti penilaian fanatik Kyai Idrus?
‘Gak juga. Ada juga Kyai Aswaja yang tidak fanatik meskipun sedikit. Prof. Dr. H. Ahmad Zahro misalnya. Beliau punya pandangan lebih moderat. Coba simak videonya di sini: https://www.youtube.com/watch?v=4ScKbzS7rq8
Terus, Prof. Dr. H. Ahmad Zahro apa ya salah memandang Wahabi berbeda dengan Kyai Idrus? Ya, 'gak juga, sebab beliau sedang mengekspresikan sikap moderatnya saat beliau ditanya tentang problematika umat Aswaja menyikapi Wahabi.
Boleh jadi, karena saking cinta dan fanatiknya, ada juga kok Kyai Aswaja yang spektrum fanatiknya bukan lagi pada mazhab dan firqah, bahkan pada millat. Ada loh, seorang Kyai dengan sangat terbuka menyebut bahwa “Islam kita ini Islam sejati, bukan Islam abal-abal model Timur Tengah. Ini Islam sejati Islam Nusantara ini. Serius, serius …” Coba itu, gimana pandangan jenengan, AGTG?
Oh, ya AGTG. Saya tidak menutup mata bahwa ada personal warga Muhammadiyah yang jenengan nilai fanatik. Akan tetapi, sefanatik-fanatiknya personal atau kumpulan personal fanatikus Muhammadiyah, belum ada tuh yang sampai nekat membubarkan pengajian komunitas tertentu karena dianggap isi pengajian mereka tidak sesuai dengan paham agama menurut Muhammadiyah.
Saya juga tidak menampik bahwa jamaah di Palangkaraya itu fanatik. Tapi, adakah spektrum fanatik orang Muhammadiyah yang selebar Islam Sejati vs Islam Aba-Abal itu wahai engkau AGTG anak muda yang tampak intelek?
Maka, “carut wal marut” otak AGTG pada poin ini setidaknya ada dua hal. Pertama, menilai kasus fanatik personal jamaah Palangkaraya itu seolah kasus fanatik tunggal, padahal kasus yang serupa dalam konteks berbeda bisa terjadi di kelompok mana saja.
Kedua, menilai kasus fanatik personal yang sifatnya kasuistik itu sebagai karakter atau gambaran umum bahwa Muhammadiyah itu ya, begitu, sudah fanatik. Nah, dua hal ini jelas “carut wal marut” yang tidak bisa jenengan bantah.
Tubikontinyu ...
Ciputat, Lebaran lewat seminggu lebih dikit. Rabu, 09 April 2025
0 Comments
Posting Komentar